Setiap rumah punya caranya sendiri untuk membuat nyaman penghuninya masing-masing. Saya rasa setiap rumah punya sebuah ruangan yang sangat bernilai, atau sangat berkesan untuk penghuninya. Antara penghuni satu dengan yang lain juga punya spot favoritnya masing-masing. Tentu jika ada 4 orang dalam satu rumah beda-beda spot favoritnya. Di rumah saya contohnya eh bukan rumah saya, rumah orang tua saya. Ibu spot favoritnya halaman samping rumah, ada banyak koleksi aglonema ibu dari yang lokal sampai yang import. Ayah spot favoritnya garasi dan ruang TV, di garasi ayah biasa lap-lap mobil atau sekedar memansakan mesin mobil. Lain lagi dengan adiku, saya rasa spot terbaik menurutnya yaa tak lain tak bukan adalah kamar tidurnya. 

Lalu bagaimana dengan saya???

Jelas, kalau ruangan yang paling nyaman buat saya ya kamar tidur, semenjak segala sesuatu harus dilakukan di rumah, kamar menjadi tempat terbaik untuk menyelesaikan pekerjaan dunia maupun akhirat. Tapi, akhir-akhir ini ada yang menarik dari ruang makan, saya baru menyadarinya hahah. Ruang makan rumah kami ini letaknya diantara ruang TV dan kamar mandi/tempat wudhu/cuci baju. Jadi, kalau mau wudhu pasti lewat ruang makan, gak ada jalan lain. Di ruang makan selain ada meja makan seperangkat dengan kursinya, ada satu lemari yang isinya itu... apa hayooo hahhaha??

Lemari itu punya ayah, bentuknya mirip etalase di toko-toko itu, terbuat dari kaca transparan. Isinya bisa dilihat jelas oleh siapa saja yang lewat ruang makan. Isinya ada perlengkapan gowes (helm, sarung tangan, buff/masker), buku-buku perkembangan siswa dan skripsi juga tesis punya ayah dan ibu, piagam penghargaan yang ayah dapat, juga foto wisuda S1 saya tanpa bingkai. 

Foto wisuda gak dibingkai dan gak dipajang ???

Itulah yang akhirnya saya sadari, kenapa ya kok dirumah kami gak seperti rumah-rumah orang lain? Di ruang tamunya ada foto full tim member beserta achivement yang sudah didapat. Malah foto wisuda ada di ruang makan dan itu letkanya dibelakang. Tapi akhirnya itu malah jadi motivasi buat saya. Kenapa?? Karna cuman jadi sarjana yang lain juga bisa, tapi untuk tetap humble alias rendah hati dan gak perlu cerita-cerita siapa kita sebenarnya. Biar orang lain yang lihat. Kita hanya fokus untuk berbuat baik. Iya berbuat baik kepada siapapun, pada seluruh makhluk hidup di dunia ini. 

Setiap selesai wudhu saya lihat foto saya pakai toga, terus saya mbatin "saya sudah bermanfaat belum ya untuk orang lain?". Dibawahnya ada tesis ayah,  saya mbatin lagi "semoga saya juga bisa seperti ayah, menyelesaikan tesisnya dengan baik". Setelah pengumuman lulus S2, pesan mbah cuma satu "arek dadi opo wae, arek kuliah nangdi wae yang penting bisa memberikan manfaat banyak untuk warga, untuk lingkungan"


Untukmu yang sedang berjuang, semoga menginspirasi yaa...



0 Comments