Seperti anak-anak gadis pada umumnya, saya sudah berkegiatan dari pagi hari. Sudah nyapu, nyuci piring dan sudah mandi. Cuaca mendung padahal "ketigo". 
Seharusnya ini musim terang, kasihan tetangga yang sudah tandur sawahnya terancam kebanjiran dan mungkin saja gagal panen. Alam sudah sulit ditebak.
Perubahan iklim, pemanasan global itu penyebabnya. Jadi, musim hujan, panas tak bisa lagi ditentukan oleh bulan. 

Setelah semuanya beres kemudian ibu ngajak saya ke pasar. Saya senang kalau mengantar ibu ke pasar, bisa mengamati banyak orang.

Pasarnya sepi, dan dingin karena sedikit gerimis. Toko-toko perlangkapan sekolah sudah ramai diserbu oleh pembeli yang rata-rata ibu dan anak. Saya salut dengan keoptimisan para orang tua dan anak-anak yang melakukan persiapan sekolah ini. Kita semua tahu, kondisi masih belum pasti. 

Angkan-angka positif terus bertambah. Zona hijau berubah jadi kuning, zona merah berubah jadi hitam. 

Benar kata kak dian sastro "gue khawatir dan stress bukan karena gue di rumah aja, melainkan karna heyy kapan pandemi ini berakhir, gue khawatir sama ekonomi negera ini pasti kacau nih".

Apakah anak-anak bisa kembali masuk sekolah? Apakah anak-anak bisa kembali belajar dikelas?? 
Apakah ibu kantin bisa kembali jualan di sekolah??
Apakah saya bisa kembali melanjutkan rencana jalan-jalan? (hahahah)
Semua belum jelas. 

Tapi, mereka sudah mempersiapakan semuanya. Sepatu, tas, seragam baru bahkan beli buku baru dan ATK baru. Saya optimis tapi saya khawatir, saya khawatri kalau akhirnya baju baru, tas baru tak jadi terpakai. 


Semangatnya terlihat dari sorot mata mereka. 
Mereka yakin akan kembali kesekolah. 
Mereka yakin akan bertemu dengan teman-teman dan guru-guru yang sangat mereka rindukan.

Yang pasti tetap patuhi protokol kesehatan






0 Comments