Grab Story : Pelajaran dari budak idealis
Perjalanan pulang seminggu lalu diwali dengan ketidaksiapan. Ketidaksiapan meninggalkan bandung dengan segela ketidakselesaianya. Belum siap harus berlama-lama dirumah tanpa skripsi dan bimbingan wkkwkw. Sejujurnya pulang yang medadak dan sakit yang tiba-tiba memberikan arti bahwa kita ini hanya transit, walau transit segala kemungkinan harus dipersiapkan dengan baik.
Cibiru-kebon kawung diwali denga naik grab car (sombong bgt sih). Bukan masalah sombong tapi kondisi yang mengharuskan naik grab car sendirian walau memang mahal (banget). Dengan kondisi fisik yang lemah, dada sakit dan sesak, serta bawa hasil rontgen yang gak bisa ditekuk.
Datanglah grab menjemput, rupanya sang supir adalah alumni kampusku. Kami cerita banyak sepanjang perjalanan. Menyenangkan bisa sharing dengan siapapun. Sebut saja driver grab ini, yang mengenalkan diri sebagai "driver ganteng(DG)." Sejujurnya aku terhibur banget sama tingkah si DG, selain ngobrol dia juga ngebodor. Lucuk, kaya lagi liat stand up.
Sang DG bercerita dia ini anak organisasi yang idelais banget, sampe dosen yang gak sepemikiran sama dia berniat untuk mengeuarkan dia dari kampus. Selama kuliah dia bilang gak pernah serius, lulus juga karena bayar(bhahhahah). "Tapi fakultas teteh mah enggak, fakultas teteh bersih". Bangganya.... "Tapi teh, anak saintek serius2 wkkwkw". Lanjutnya.
"Anak-anak organisasi dikampus apalagi sekelas
Sebelum turun si DG bilang "enggal damang teh, pasti sembuhlah kan geus ketemu urang."
Nuhun kang grab ujarku sambil berlalu menuju pool damri.
0 Comments